Minggu, 17 Agustus 2014

Tugas Kimia, 17 Agustus 2014, Joe Phang, Marcella, Aristina

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PASAR PANGURURAN KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN 2011


               
                ABSTRAK
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di Kelurahan Pasar Pangururan 2010 – Juli 2011 sebanyak 31 kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu: perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dan keberadaan jentik. Penelitian ini adalah penelitian observasi dengan rancangan studi kasus kontrol. Sampel terdiri dari 31 kasus dan 31 kontrol. Metode analisi data meliputi analisa univariat dan bivariat (chi-square). Hasil analisis chi-square menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu sikap (p=0,063), tindakan (p=0,025),dan keberadaan jentik (p=0,009),dan variabel yang tidak berhungan dengan kejadian DBD yaitu pengetahuan. Disarankan agar meningkatkan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada masyarakat secara intensif, meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kerja bakti seminggu sekali dan kegiatan survey jentik.
                               
Kata Kunci : Kejadian DBD, Perilaku ( Pengetahuan, Sikap, Tindakan ), Keberadaan Jentik



PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegeypti. Penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) / Wabah dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk. Selain itu penyakit ini menimbulkan dampak ekonomi langsung yaitu biaya pengobatan dan secara langsung berupa kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita (Soegijanto, 2006).   
                DBD merupakan penyakit yang cukup banyak menimbulkan korban jiwa. Namun, jika penanganannya cepat dan tepat, jumlah penderita yang jatuh dalam keadaan fatal dapat ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, peran serta    masyarakat diperlukan dengan upaya penanganan dan pencegahan dari penyakit ini (Dini,  2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue mempunyai resiko untuk menyebar ke desa-desa sebab virus penyebab dan vektor perantaranya aedes aegypti, tersebarluas baik di dalam rumah maupun ditempat umum, keadaan ini erat kaitannya dengan  meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Soegijanto, 2006).
                 Berdasarkan penelitian yang Yudhastuti (2005) di Rantau Parapat, mendapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik dan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dimana sebanyak 37 (29,4%) responden yang rumahnya terdapat jentik memiliki tingkat pengetahuan kurang baik. Umi (2008) di Semarang, tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti pada container (p = 0, 001), ketersediaan tutup pada container (p = 0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p = 0,027), pengetahuan responden tentang DBD  ( p = 0,030) terhadap kejadian DBD.
 Di Indonesia pada tahun 2009 terdapat 158.912 kasus DBD dengan jumlah kematian 1.420 orang, Insiden Rate (IR) sebesar 68,22 per 100.000 penduduk, dan CFR 0,86%. Di propinsi Sumatera Utara jumlah Insiden Rate (IR) 35,70 per 100.000 penduduk (Profil Depkes Indonesia , 2010).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Samosir tahun 2009 terdapat 41 kasus DBD sedangkan tahun 2010 terdapat 158 kasus. Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa, kelurahan Pasar Pangururan merupakan daerah dengan  jumlah kasus DBD terbanyak, yaitu tahun 2009 sebesar  4 kasus dan tahun 2010 sebesar 19 orang.
 Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Samosir  untuk pencegahan dan pemberantasan DBD mulai dari pengasapan (fogging), penebaran bubuk abate, dan sering diadakan berbagai penyuluhan mengenai cara pencegahan dan pemberantasan DBD, tetapi hasil yang didapatkan kasus DBD semakin bertambah.
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas diberbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak di antara 30º  lintang utara dan 40º lintang selatan seperti Asia Tenggara Pasifik Barat dan Caribean dengan jumlah kejadian sekitar 50 – 100 juta kasus setiap tahunnya. Penyakit tersebut sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan masyarakat,dan dapat muncul endemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu Negara ke Negara lain. Kedepan peluang penyebaran penyakit ini nampaknya masih terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah dan penyebaran vector serta peningkatan lalu lintas kendaraan  ( Djunaedi, 2006 ).
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim penghujan erat kaitannya dengan kelembaban tinggi pada musim penghujan yang memberikan lingkungan optimal bagi masa inkubasi dan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit. Itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD umumnya sejalan dengan pola musim penghujan                               ( Djunaedi, 2006).
Lingkungan fisik yang ikut mempengaruhi adalah :
1)   Macam tempat penampungan air (TPA) sebagai tempat perindukan nyamuk aedes aegypti. Macam penampungan air ini dibedakan lagi berdasarkan bahan TPA (logam, timbikar, porselin, dan lain-lain), warna TPA (putih, hijau, coklat,dan lain-lain), volume TPA ( kurang dari 50 lt, 51-100 lt, 101-200lt, dan lain-lain), letak TPA (di dalam rumah dan di luar rumah), penutup TPA (ada atau tidak ada), pencahayaan pada TPA (terang atau gelap) dan sebagainya.
2)   Ketinggian tempat, di daerah pantai kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk sedangkan di dataran tinggi suhu udara mempengaruhi pertumbuhan virus di tubuh nyamuk. Di tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk aedes aegepty.
3)   Curah hujan, menambah genangan air sebagai tempat perindukan, menambah kelembaban udara terutama untuk daerah pantai. Kelembaban udara menambah jarak terbang nyamuk dan umur nyamuk di daerah pantai.
4)   Hari hujan, banyaknya hari hujan akan mempengaruhi kelembaban udara di daerah pantai dan mempengaruhi suhu udara di daerah pegunungan.
5)   Kecepatan angin, mempengaruhi juga suhu udara dan pelaksanaan pemberantasan vektor dengan cara fogging.
6)   Suhu udara, mempengaruhi perkembangna virus dalam tubuh nyamuk.
7)   Tata guna tanah, menentukan jarak dari rumah ke rumah.
8)   Pestisida yang digunakan, mempengaruhi kerentanan nyamuk.
9)   Kelembaban udara, mempengaruhi umur nyamuk.
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan di halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan, berarti akan menambah tempat yang  di senangi nyamuk untuk hinggap istrahat (Depkes, 2010).
Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan di halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan, berarti akan menambah tempat yang  di senangi nyamuk untuk hinggap istrahat (Depkes, 2010).
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.
                Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes aegepty tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Tanda-tanda dan gejala penyakit DBD adalah : demam tinggi yang mendadak terus-menerus berlangsung 2 - 7 hari, kemudian turun secara cepat. Demam secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia, lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.
                Manifestasi Pendarahan : perdarahan terjadi pada semua organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam. Sebab perdarahan adalah trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa : Ptechiae  (bintik merah pada kulit, Purpura ( perdarahan kecil di dalam kulit ), Echymosis, Perdarahan konjunctiva ( perdarahan pada mata ) , Perdarahan dari hidung (mimisan atau epistaksis), Perdarahan gusi, Muntah darah (Hematemesis), Buang air besar berdarah (melena), Kencing berdarah (Hematuri).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan kasus kontrol, yang bertujuan untuk membandingkan antara kelompok orang yang menderita DBD  (kasus) dengan sekelompok lainnya yang tidak menderita DBD ( kontrol) di Kelurahan Pasar Pangururan  Kecamatan  Pangururan Kabupaten Samosir.
Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Pasar Pangururan, karena merupakan daerah dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue  terbanyak  di wilayah kerja Puskesmas Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DBD & bukan DBD di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan tahun 2010 sampai dengan Juli 2011.
Sampel kasus adalah sebagian penderita DBD di Kelurahan Pasar Pangururan yang dinyatakan oleh dokter ,dan dicatat di Dinas Kesehatan Samosir tahun 2010 sampai dengan Juli 2011. Sampel kontrol adalah bukan penderita DBD yang bertempat tinggal di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan  Pangururan pada tahun 2010 sampai dengan Juli 2011.

 
Karena penulis menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol, Maka rumus besar sampel yang dipakai (Schlesselmen, 1982) dalam Bastaman Basuki (2000), dihitung dengan rumus :
               

Keterangan :
n      = jumlah sampel
R     = Prakiraan rasio odds
Zα = untuk kekuatan uji 1,96  (Tingkst kemsknssn 95%)
Zβ   = tingkat kepercayaan 0,84 yaitu 80%
Po   = Proporsi kontrol yang terpajan pada pajanan yang sedang diteliti.
Pada variabel Pengetahuan  dengan OR = 4,6 dan Po = 0,29
P1   = Po.R/ [1+ po(R-1)]
        = 0,29 x 4,6/ [1+0,29 (4,6 -1)]
        = 1,334/2,04
        =  0,65
      = ½ (p1 + p0)
        = ½ (0,65+ 0,29)
        = 0,47
      = 1-
        = 0,53
 
       = 15
                Jadi banyak sampel minimal untuk penelitian ini adalah 15. Namun jumlah kasus di Kelurahan Pasar Pangururan adalah 31 orang, maka semua kasus dapat dijadikan sampel. Perbandingan yang digunakan adalah 1:1 dimana sampel kasus sebanyak 31 dan sampel kontrol sebanyak 31 sehingga total sampel adalah 62.
                Data primer adalah data yang diperoleh  secara langsung dari masyarakat Kelurahan Pasar Pangururan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner, yang terdiri dari penderita DBD sebagai kasus dan bukan penderita DBD sebagai kontrol. Data sekunder adalah diperoleh dengan cara mengumpulkan data dokumentasi  dari Kelurahan Pasar Pangururan dan  Dinas Kesehatan Samosir.
Analisa Univariat yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel.  Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan Variabel Independen dengan Dependent maka data secara uji statistik yaitu  chi-square.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan  Tahun 2011


No.
Pengetahuan
n
%
1.
Buruk
27
43,5
2.
Baik
35
56,5
Total
62
100

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan  Tahun 2011


No.
Sikap
n
%
1.
Negatif
40
64,5
2.
Positif
22
35,5
Total
62
100


Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi  Tindakan Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan  Tahun 2011


No.
Tindakan
n
%
1.
Buruk
44
71,0
2.
Baik
18
29,0
Total
62
100

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Keberadaan Jentik Di Lingkungan Rumah Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Tahun 2011


No.
Keberadaan Jentik
n
%
1.
Tidak ada
24
38,7
2.
Ada
38
61,3
Total
62
100

Tabel 4.5
Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011


No.
Pengetahuan
Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Total
Uji  Statistik
OR
CI

p
Value
Kontrol
Kasus
n
%
N
%
f
%
1.
Buruk
13
21,0
14
22,6
27
43,5
0,877
0,321-2,395

0,798
2.
Baik
18
29,0
17
27,4
35
56,5
Total
31
50
31
50
62
100


Tabel 4.6
Hubungan Sikap Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011

No.
Sikap
Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Total
Uji  Statistik
OR
CI

p
Value
Kontrol
Kasus
n
%
N
%
f
%
1.
Negatif
24
38,7
16
25,8
40
64,5
3,214
1,072-9,634

0,034
2.
Positif
7
11,3
15
24,2
22
35,5
Total
31
50
31
50
62
100
Tabel 4.7
Hubungan Tindakan Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011

No.
Tindakan
Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Total
Uji  Statistik
OR
CI

p
Value
Kontrol
Kasus
n
%
N
%
f
%
1.
Buruk
26
41,9
18
29,0
44
71,0
3,756
1,138-12,391

0,025
2.
Baik
5
8,1
13
21,0
18
29,0
Total
31
50
31
50
62
100

Tabel 4.8
Hubungan Keberadaan Jentik Di Lingkungan Rumah Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD) Di Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011

No.
Keberadaan Jentik
Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Total
Uji  Statistik
OR
CI

p
Value
Kontrol
Kasus
n
%
n
%
n
%
1.
Tidak ada
17
70,8
7
29,2
24
38,7
4,163
1,386- 12,503
0,009
2.
Ada
14
36,8
24
63,2
38
61,3
Total
31
50
31
50
 62
 100



PEMBAHASAN
                Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Eka (2009), tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan terdapat hubungan pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Di Kecamatan Pacitan. Menurut asumsi penulis penelitian ini tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD, karena masyarakat mayoritas berpengetahuan baik tentang DBD, tetapi  tidak sejalan dengan sikap  dimana sikap yang baik dan juga tidak sesuai dengan tindakan yaitu baik.
                Dari hasil uji chi-square ada hubungan sikap dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) diperoleh 3,214, artinya bahwa resiko orang yang memiliki sikap negatip 3,214 kali   lebih besar berpeluang terkena kejadian DBD dibandingkan dengan sikap yang positip.  Penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan Notoatmodjo, (2003). Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalah  pencegahan dan pemberantasan). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus tersebut.
Sikap adalah suatu pola perilaku atau kesiapan antisipasif. Semakin kurang sikap masyarakat tentang kejadian DBD maka semakin besar kemungkinan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah ( Azwar, 2003). Hasil penelitian di dukung oleh Yudhastuti (2005) di Rantau Parapat, mendapatkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian demam berdarah dengue dengan nilai P = 0,03. Menurut asumsi penulis, sikap seseorang sangat ditentukan oleh tindakan yang dilakukan responden yang mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan , dimana seseorang akan melakukan suatu perbuatan  apabila ia memandang perbuatan itu positif.
                Dari hasil uji chi-square ada hubungan Tindakan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat yang tindakan buruk dengan tindakan baik di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan.  Hasil penelitian ini   didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi syahputra (2006) tentang hubungan pengetahuan, tindakan dengan kejadian demam berdarah dengue menyatakan ada hubungan yang signifikan antara tindakan dengan kejadian demam berdarah dengue dengan nilai P = 0,0023.
                Tindakan merupakan aktivitas nyata atau perbuatan seseorang terhadap stimulus atau objek. Suatu sikap belum tentu sepenuhnya terwujud dalam suatu tindakan atau praktek kesehatan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata, perlu faktor lain yaitu : fasilitas atau sarana dan prasarana.              Tindakan  dan peran aktif masyarakat sangat penting dalam pencegahan dan penanggulangan kejadian DBD  (Dini,2010). Menurut asumsi penulis semakin buruk tindakan masyarakat terhadap pencegahan DBD maka semakin banyak masyarakat yang akan terkena DBD. Sebaliknya semakin baik tindakan masyarakat terhadap pencegahan DBD maka semakin sedikit masyarakat yang terkena DBD.
                Dari hasil analisis bivariat hubungan keberadaan jentik di lingkungan rumah  responden dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) ada hubungan Keberadaan jentik dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat. Rumah yang terdapat jentik 0,295 kali lebih besar berpeluang mengalami DBD dibandingkan yang rumahnya tidak ada jentik. Hal ini sejalan dengan penelitian Eka (2009) tentang bererapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso menyatakan ada hubungan keberadaan jentik dengan kejadian DBD. Menurut asumsi penulis bahwa ABJ tinggi pada kasus karena pada umumnya abate yang diberikan atau dibagi oleh pihak Puskesmas langsung dipakai atau dilakukan sesuai perintah sedangkan bagi yang kontrol tidak melakukan abatesasi pada tempat tempat perindukan.Diharapkan kepada masyarakat agar berperan aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN DBD) untuk megurang dan mencegah populasi nyamuk aedes aegypti.
KESIMPULAN
Tidak ada  hubungan pengetahuan masyarakat dengan kejadian  Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan dengan  kejadian DBD Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011. Ada hubungan sikap masyarakat dengan kejadian  Demam Berdarah Dengue (DBD ) di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011. Ada hubungan tindakan masyarakat dengan kejadian  Demam Berdarah Dengue  (DBD ) di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011. Ada hubungan keberadaan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD )  di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011.
SARAN
                Di harapkan kepada petugas kesehatan setempat untuk meningkatkan promosi tentang pencegahan dan penanggulangan  Demam Berdarah Dengue ( DBD) kepada masyarakat. Perlu tindakan aktif dan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan kerjabakti satu minggu sekali untuk membersihkan rumah dan lingkungan dari sampah/ wadah yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk . Meningkatkan kegiatan survey jentik dan membagikan bubuk abate kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap DBD .
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,  2009. Profil Kesehatan Indonesia. Diakses 6 februari 2011.http:www.dinkes.go.id.

DepkesRI, 2010. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdrah (DBD) Di Indonesia.

Dinkes  Samosir, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir.

Dini , 2010.Demam Berdarah Dengue ( DBD ),Publishing House,Bogor

Djunaedi , 2006. Demam Berdarah [Dengue DBD] Epidemiologi,Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang:UMM Press.

Ircham, 2009. Metodologi Penelitian, Fitramaya Yogyakarta.

Notoadmodjo,2003..Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo,2007.Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta FKUI

Wiro, 2007. Dasar – Dasar Demografi , Lembaga Demografi FEUI,Jakarta.

Rosse ,2008 . Hubungan Sosiodemografi Dan Lingkungan dengan Kejadian DBD Kota Pekanbaru.

Sudigdo, 1995.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 2, Binarupa Aksara.

Sutanto, 2001 .Metodologi Penelitian Klinis,FKMUI

Sudjana,2008.Metode Statistik,Edisi Keenam Bandung: Tarsito

Umi, 2008, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD.Semarang

Widia Eka ,2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Kecamatan Pacitan, Jawa Timur.

Word Healt Organization,2005. Pencegahan Dan Pengendalian Dengue & Demam Berdarah, EGCMedical Publisher Jakarta.

Yudhastuti ,2005. Hubungan  tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik. Rantau Parapat.
Zainal Abidin, 2010, Mobilitas. Diakses 6 februari 2011.htt/www.google.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar