FAKTOR
– FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN
PASAR PANGURURAN KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN
2011
ABSTRAK
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kejadian DBD di Kelurahan Pasar Pangururan 2010 – Juli 2011 sebanyak 31 kasus.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian DBD yaitu: perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dan keberadaan
jentik. Penelitian ini adalah penelitian observasi dengan rancangan studi kasus
kontrol. Sampel terdiri dari 31 kasus dan 31 kontrol. Metode analisi data
meliputi analisa univariat dan bivariat (chi-square). Hasil analisis chi-square
menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu sikap
(p=0,063), tindakan (p=0,025),dan keberadaan jentik (p=0,009),dan variabel yang
tidak berhungan dengan kejadian DBD yaitu pengetahuan. Disarankan agar
meningkatkan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan Demam
Berdarah Dengue (DBD) kepada masyarakat secara intensif, meningkatkan gerakan
masyarakat untuk melakukan kerja bakti seminggu sekali dan kegiatan survey
jentik.
Kata
Kunci : Kejadian DBD, Perilaku ( Pengetahuan, Sikap, Tindakan ), Keberadaan
Jentik
PENDAHULUAN
Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah
salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegeypti.
Penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) / Wabah dan masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan dampak sosial
maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan hidup
penduduk. Selain itu penyakit ini menimbulkan dampak ekonomi langsung yaitu
biaya pengobatan dan secara langsung berupa kehilangan waktu kerja, waktu
sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti transportasi
dan akomodasi selama perawatan penderita (Soegijanto, 2006).
DBD
merupakan penyakit yang cukup banyak menimbulkan korban
jiwa. Namun,
jika penanganannya cepat dan tepat, jumlah penderita yang jatuh dalam keadaan
fatal dapat ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, peran
serta masyarakat diperlukan
dengan upaya penanganan
dan pencegahan dari penyakit ini (Dini,
2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue mempunyai resiko
untuk menyebar ke desa-desa sebab virus penyebab dan vektor perantaranya aedes aegypti, tersebarluas baik di
dalam rumah maupun ditempat umum, keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk
(Soegijanto, 2006).
Berdasarkan penelitian yang Yudhastuti (2005) di Rantau Parapat, mendapatkan hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik dan adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dimana sebanyak 37 (29,4%)
responden yang rumahnya terdapat jentik memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik. Umi (2008) di
Semarang, tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD
menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti pada container (p = 0,
001), ketersediaan tutup pada container (p = 0,001), frekuensi
pengurasan kontainer (p = 0,027), pengetahuan responden tentang
DBD ( p = 0,030) terhadap
kejadian DBD.
Di Indonesia pada tahun 2009 terdapat 158.912
kasus DBD dengan jumlah kematian 1.420 orang, Insiden Rate (IR) sebesar 68,22
per 100.000 penduduk, dan CFR 0,86%. Di propinsi Sumatera Utara jumlah Insiden
Rate (IR) 35,70 per 100.000 penduduk (Profil Depkes Indonesia , 2010).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Samosir tahun 2009 terdapat 41
kasus DBD sedangkan tahun 2010 terdapat 158 kasus. Berdasarkan data
penyebaran kasus DBD per desa, kelurahan Pasar Pangururan merupakan daerah
dengan jumlah kasus DBD terbanyak, yaitu
tahun 2009 sebesar 4 kasus dan tahun
2010 sebesar 19 orang.
Berbagai
upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Samosir
untuk pencegahan
dan pemberantasan DBD mulai dari pengasapan (fogging), penebaran bubuk abate, dan sering diadakan berbagai
penyuluhan mengenai cara pencegahan dan pemberantasan DBD, tetapi hasil yang
didapatkan kasus DBD
semakin bertambah.
Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar
luas diberbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak di
antara 30º
lintang utara dan 40º lintang selatan seperti Asia Tenggara Pasifik
Barat dan Caribean dengan jumlah kejadian sekitar 50 – 100 juta kasus setiap
tahunnya. Penyakit tersebut sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan
masyarakat,dan dapat muncul endemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah
lain atau dari suatu Negara ke Negara lain. Kedepan peluang penyebaran penyakit
ini nampaknya masih terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah dan
penyebaran vector serta peningkatan lalu lintas kendaraan ( Djunaedi, 2006 ).
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim
penghujan erat kaitannya dengan kelembaban tinggi pada musim penghujan yang
memberikan lingkungan optimal bagi masa inkubasi dan peningkatan aktivitas
vektor dalam menggigit. Itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD
umumnya sejalan dengan pola musim penghujan ( Djunaedi, 2006).
Lingkungan fisik yang ikut mempengaruhi adalah :
1) Macam tempat penampungan air (TPA) sebagai
tempat perindukan nyamuk aedes aegypti.
Macam penampungan air ini dibedakan lagi berdasarkan bahan TPA (logam,
timbikar, porselin, dan lain-lain), warna TPA (putih, hijau, coklat,dan
lain-lain), volume TPA ( kurang dari 50 lt, 51-100 lt, 101-200lt, dan
lain-lain), letak TPA (di dalam rumah dan di luar rumah), penutup TPA (ada atau
tidak ada), pencahayaan pada TPA (terang atau gelap) dan sebagainya.
2) Ketinggian tempat, di daerah pantai
kelembaban udara mempengaruhi umur nyamuk sedangkan di dataran tinggi suhu
udara mempengaruhi pertumbuhan virus di tubuh nyamuk. Di tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk aedes aegepty.
3) Curah hujan, menambah genangan air sebagai
tempat perindukan, menambah kelembaban udara terutama untuk daerah pantai.
Kelembaban udara menambah jarak terbang nyamuk dan umur nyamuk di daerah
pantai.
4) Hari hujan, banyaknya hari hujan akan
mempengaruhi kelembaban udara di daerah pantai dan mempengaruhi suhu udara di
daerah pegunungan.
5) Kecepatan angin, mempengaruhi juga suhu udara
dan pelaksanaan pemberantasan vektor dengan cara fogging.
6) Suhu udara, mempengaruhi perkembangna virus
dalam tubuh nyamuk.
7) Tata guna tanah, menentukan jarak dari rumah
ke rumah.
8) Pestisida yang digunakan, mempengaruhi
kerentanan nyamuk.
9) Kelembaban
udara, mempengaruhi umur nyamuk.
Lingkungan
biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias
dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam
rumah dan di halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan,
berarti akan menambah tempat yang di
senangi nyamuk untuk hinggap istrahat (Depkes, 2010).
Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi yang
mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman
pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan di
halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan, berarti akan
menambah tempat yang di senangi nyamuk
untuk hinggap istrahat (Depkes, 2010).
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.
Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan
vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
aegepty tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Tanda-tanda
dan gejala penyakit DBD adalah : demam
tinggi yang mendadak terus-menerus berlangsung 2 - 7 hari, kemudian turun
secara cepat. Demam secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik
seperti: anorexia, lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.
Manifestasi Pendarahan : perdarahan terjadi pada semua
organ umumnya timbul pada hari 2-3 setelah demam. Sebab perdarahan adalah
trombositopenia. Bentuk perdarahan dapat berupa : Ptechiae (bintik merah pada
kulit, Purpura ( perdarahan kecil di
dalam kulit ), Echymosis, Perdarahan
konjunctiva ( perdarahan pada mata ) , Perdarahan dari hidung (mimisan atau epistaksis), Perdarahan gusi, Muntah
darah (Hematemesis), Buang air besar berdarah (melena),
Kencing berdarah (Hematuri).
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan menggunakan rancangan kasus kontrol, yang bertujuan untuk membandingkan
antara kelompok orang yang menderita DBD
(kasus) dengan sekelompok lainnya yang tidak menderita DBD ( kontrol) di
Kelurahan Pasar Pangururan
Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir.
Lokasi penelitian
dilakukan di Kelurahan Pasar Pangururan, karena
merupakan daerah dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue terbanyak
di wilayah kerja Puskesmas Pangururan
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Januari – Juli 2011. Populasi dalam
penelitian ini adalah penderita DBD & bukan
DBD di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan tahun 2010 sampai dengan
Juli 2011.
Sampel kasus adalah sebagian penderita DBD di
Kelurahan Pasar Pangururan yang dinyatakan oleh dokter ,dan dicatat di Dinas
Kesehatan Samosir tahun 2010 sampai dengan Juli 2011. Sampel kontrol adalah
bukan penderita DBD yang bertempat tinggal di Kelurahan Pasar Pangururan
Kecamatan Pangururan pada tahun 2010
sampai dengan Juli 2011.
|
Karena penulis menggunakan rancangan
penelitian kasus kontrol, Maka rumus besar sampel yang dipakai (Schlesselmen,
1982) dalam Bastaman Basuki (2000), dihitung dengan rumus :
Keterangan
:
n = jumlah sampel
R = Prakiraan rasio odds
Zα
= untuk kekuatan uji 1,96 (Tingkst
kemsknssn 95%)
Zβ = tingkat kepercayaan 0,84 yaitu 80%
Po =
Proporsi kontrol yang terpajan pada pajanan yang sedang diteliti.
Pada variabel Pengetahuan dengan OR = 4,6 dan Po = 0,29
P1 =
Po.R/ [1+ po(R-1)]
=
0,29 x 4,6/ [1+0,29 (4,6 -1)]
=
1,334/2,04
= 0,65
= ½ (p1 + p0)
=
½ (0,65+ 0,29)
=
0,47
= 1-
=
0,53
= 15
Jadi banyak sampel minimal untuk
penelitian ini adalah 15. Namun jumlah kasus di Kelurahan Pasar Pangururan
adalah 31 orang, maka semua kasus dapat dijadikan sampel. Perbandingan yang
digunakan adalah 1:1 dimana sampel kasus sebanyak 31 dan sampel kontrol sebanyak
31 sehingga total sampel adalah 62.
Data
primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari masyarakat Kelurahan Pasar Pangururan dengan metode wawancara
menggunakan kuesioner, yang terdiri dari penderita DBD sebagai kasus dan bukan
penderita DBD sebagai kontrol. Data sekunder adalah diperoleh dengan cara
mengumpulkan data dokumentasi dari
Kelurahan Pasar Pangururan dan Dinas
Kesehatan Samosir.
Analisa Univariat yang bertujuan untuk mengetahui
distribusi frekuensi masing-masing variabel. Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan
Variabel Independen dengan Dependent maka data secara uji statistik yaitu chi-square.
HASIL PENELITIAN
Tabel
4.1
Distribusi
Frekuensi Pengetahuan Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan
Pangururan Tahun 2011
No.
|
Pengetahuan
|
n
|
%
|
1.
|
Buruk
|
27
|
43,5
|
2.
|
Baik
|
35
|
56,5
|
Total
|
62
|
100
|
Tabel
4.2
Distribusi
Frekuensi Sikap Responden Di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan
Pangururan Tahun 2011
No.
|
Sikap
|
n
|
%
|
1.
|
Negatif
|
40
|
64,5
|
2.
|
Positif
|
22
|
35,5
|
Total
|
62
|
100
|
Tabel
4.3
Distribusi
Frekuensi Tindakan Responden Di
Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan
Tahun 2011
No.
|
Tindakan
|
n
|
%
|
1.
|
Buruk
|
44
|
71,0
|
2.
|
Baik
|
18
|
29,0
|
Total
|
62
|
100
|
Tabel
4.4
Distribusi
Frekuensi Keberadaan Jentik Di Lingkungan Rumah Responden Di Kelurahan Pasar
Pangururan Kecamatan Pangururan Tahun 2011
No.
|
Keberadaan
Jentik
|
n
|
%
|
1.
|
Tidak ada
|
24
|
38,7
|
2.
|
Ada
|
38
|
61,3
|
Total
|
62
|
100
|
Tabel
4.5
Hubungan
Pengetahuan Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) Di
Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011
No.
|
Pengetahuan
|
Demam
Berdarah Dengue ( DBD )
|
Total
|
Uji Statistik
|
|||||||
OR
|
CI
|
p
Value
|
|||||||||
Kontrol
|
Kasus
|
||||||||||
n
|
%
|
N
|
%
|
f
|
%
|
||||||
1.
|
Buruk
|
13
|
21,0
|
14
|
22,6
|
27
|
43,5
|
0,877
|
0,321-2,395
|
0,798
|
|
2.
|
Baik
|
18
|
29,0
|
17
|
27,4
|
35
|
56,5
|
||||
Total
|
31
|
50
|
31
|
50
|
62
|
100
|
Tabel
4.6
Hubungan
Sikap Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Pasar
Pangururan Tahun 2011
No.
|
Sikap
|
Demam
Berdarah Dengue ( DBD )
|
Total
|
Uji Statistik
|
|||||||
OR
|
CI
|
p
Value
|
|||||||||
Kontrol
|
Kasus
|
||||||||||
n
|
%
|
N
|
%
|
f
|
%
|
||||||
1.
|
Negatif
|
24
|
38,7
|
16
|
25,8
|
40
|
64,5
|
3,214
|
1,072-9,634
|
0,034
|
|
2.
|
Positif
|
7
|
11,3
|
15
|
24,2
|
22
|
35,5
|
||||
Total
|
31
|
50
|
31
|
50
|
62
|
100
|
Tabel
4.7
Hubungan
Tindakan Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan
Pasar Pangururan Tahun 2011
No.
|
Tindakan
|
Demam
Berdarah Dengue ( DBD )
|
Total
|
Uji Statistik
|
|||||||
OR
|
CI
|
p
Value
|
|||||||||
Kontrol
|
Kasus
|
||||||||||
n
|
%
|
N
|
%
|
f
|
%
|
||||||
1.
|
Buruk
|
26
|
41,9
|
18
|
29,0
|
44
|
71,0
|
3,756
|
1,138-12,391
|
0,025
|
|
2.
|
Baik
|
5
|
8,1
|
13
|
21,0
|
18
|
29,0
|
||||
Total
|
31
|
50
|
31
|
50
|
62
|
100
|
Tabel
4.8
Hubungan
Keberadaan Jentik Di Lingkungan Rumah Responden Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue ( DBD) Di Kelurahan Pasar Pangururan Tahun 2011
No.
|
Keberadaan
Jentik
|
Demam
Berdarah Dengue ( DBD )
|
Total
|
Uji Statistik
|
|||||||
OR
|
CI
|
p
Value
|
|||||||||
Kontrol
|
Kasus
|
||||||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
||||||
1.
|
Tidak ada
|
17
|
70,8
|
7
|
29,2
|
24
|
38,7
|
4,163
|
1,386- 12,503
|
0,009
|
|
2.
|
Ada
|
14
|
36,8
|
24
|
63,2
|
38
|
61,3
|
||||
Total
|
31
|
50
|
31
|
50
|
62
|
100
|
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Eka (2009), tentang hubungan pengetahuan dengan
kejadian DBD. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan terdapat hubungan
pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Di
Kecamatan Pacitan. Menurut asumsi penulis penelitian ini tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian DBD, karena masyarakat mayoritas berpengetahuan
baik tentang DBD, tetapi tidak sejalan
dengan sikap dimana sikap yang baik dan
juga tidak sesuai dengan tindakan yaitu baik.
Dari hasil uji chi-square ada hubungan sikap
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat. Sedangkan nilai
Odds Ratio (OR) diperoleh 3,214, artinya bahwa resiko orang yang memiliki sikap
negatip 3,214 kali lebih besar
berpeluang terkena kejadian DBD dibandingkan dengan sikap yang positip. Penelitian ini sesuai dengan teori yang di
kemukakan Notoatmodjo, (2003). Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalah pencegahan dan pemberantasan). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus tersebut.
Sikap adalah suatu pola perilaku atau kesiapan
antisipasif. Semakin kurang sikap masyarakat tentang kejadian DBD maka semakin
besar kemungkinan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah ( Azwar,
2003). Hasil penelitian di dukung oleh Yudhastuti (2005) di Rantau Parapat,
mendapatkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kejadian demam
berdarah dengue dengan nilai P = 0,03. Menurut asumsi penulis, sikap seseorang
sangat ditentukan oleh tindakan yang dilakukan responden yang mempengaruhi
perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan ,
dimana seseorang akan melakukan suatu perbuatan
apabila ia memandang perbuatan itu positif.
Dari hasil uji chi-square ada hubungan Tindakan
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat yang tindakan
buruk dengan tindakan baik di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi
syahputra (2006) tentang hubungan pengetahuan,
tindakan dengan kejadian demam berdarah dengue menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara tindakan dengan kejadian demam berdarah dengue dengan nilai P
= 0,0023.
Tindakan merupakan aktivitas nyata atau perbuatan seseorang terhadap
stimulus atau objek. Suatu sikap belum tentu sepenuhnya terwujud dalam suatu
tindakan atau praktek kesehatan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata, perlu faktor lain yaitu : fasilitas atau sarana dan prasarana. Tindakan dan peran aktif masyarakat sangat penting
dalam pencegahan dan penanggulangan kejadian DBD (Dini,2010). Menurut asumsi
penulis semakin buruk tindakan masyarakat terhadap pencegahan DBD maka semakin
banyak masyarakat yang akan terkena DBD. Sebaliknya semakin baik tindakan
masyarakat terhadap pencegahan DBD maka semakin sedikit masyarakat yang terkena
DBD.
Dari hasil analisis bivariat hubungan
keberadaan jentik di lingkungan rumah
responden dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) ada hubungan Keberadaan jentik dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) pada masyarakat. Rumah yang terdapat jentik 0,295
kali lebih besar berpeluang mengalami DBD dibandingkan yang rumahnya tidak ada
jentik. Hal ini sejalan dengan penelitian Eka (2009) tentang bererapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso menyatakan ada hubungan
keberadaan jentik dengan kejadian DBD. Menurut asumsi penulis bahwa ABJ tinggi
pada kasus karena pada umumnya abate yang diberikan atau dibagi oleh pihak
Puskesmas langsung dipakai atau dilakukan sesuai perintah sedangkan bagi yang
kontrol tidak melakukan abatesasi pada tempat tempat perindukan.Diharapkan
kepada masyarakat agar berperan aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN
DBD) untuk megurang dan mencegah populasi nyamuk aedes aegypti.
KESIMPULAN
Tidak ada hubungan pengetahuan masyarakat dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD )
di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan dengan kejadian DBD Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2011. Ada hubungan sikap masyarakat dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD ) di Kelurahan
Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011. Ada
hubungan tindakan masyarakat dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD ) di
Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011. Ada
hubungan keberadaan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Kelurahan Pasar Pangururan Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011.
SARAN
Di
harapkan kepada petugas kesehatan setempat untuk meningkatkan promosi tentang
pencegahan dan penanggulangan Demam
Berdarah Dengue ( DBD) kepada masyarakat. Perlu tindakan aktif dan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan kerjabakti satu minggu sekali untuk
membersihkan rumah dan lingkungan dari sampah/ wadah yang menjadi tempat
bersarangnya nyamuk . Meningkatkan kegiatan survey jentik dan membagikan bubuk
abate kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap DBD .
DAFTAR PUSTAKA
Depkes
RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia.
Diakses 6 februari
2011.http:www.dinkes.go.id.
DepkesRI, 2010. Pencegahan Dan Pemberantasan
Demam Berdrah (DBD) Di Indonesia.
Dinkes Samosir, 2010. Profil Kesehatan
Kabupaten Samosir.
Dini , 2010.Demam
Berdarah Dengue ( DBD ),Publishing House,Bogor
Djunaedi
, 2006. Demam Berdarah [Dengue DBD] Epidemiologi,Patogenesis, Diagnosis dan
Penatalaksanaannya. Malang:UMM Press.
Ircham, 2009. Metodologi
Penelitian, Fitramaya Yogyakarta.
Notoadmodjo,2003..Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo,2007.Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta
FKUI
Wiro, 2007. Dasar
– Dasar Demografi , Lembaga Demografi FEUI,Jakarta.
Rosse
,2008 . Hubungan Sosiodemografi Dan
Lingkungan dengan Kejadian DBD Kota
Pekanbaru.
Sudigdo, 1995.Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis, edisi 2, Binarupa Aksara.
Sutanto, 2001 .Metodologi
Penelitian Klinis,FKMUI
Sudjana,2008.Metode
Statistik,Edisi Keenam Bandung: Tarsito
Umi,
2008, Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian DBD.Semarang
Widia Eka ,2009. Beberapa
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Kecamatan Pacitan, Jawa Timur.
Word Healt Organization,2005. Pencegahan Dan Pengendalian Dengue & Demam Berdarah, EGCMedical
Publisher Jakarta.
Yudhastuti ,2005. Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik.
Rantau Parapat.
Zainal Abidin, 2010, Mobilitas. Diakses 6 februari 2011.htt/www.google.com